“HISTORIOGRAFI ISLAM ABAD PERTAMA HIJRIYAH ATAU KETUJUH MASEHI (Karya Wahab bin Munabbih dan Urawah bin Zubair)”
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat-Nya, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini yang berjudul “Historiografi Islam Abad Pertama Hijriyah Atau Ketujuh Masehi (Karya Wahab bin Munabbih Dan Urawah bin Zubair”. Dan tak lupa pula, Sholawat dan salam dihaturkan kepada Nabiullah Muhammad Saw, keluarga, para sahabat yang telah berjasa dalam menyebarkan Islam hingga ke penjuru dunia, yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi kita tetap mempertahankan ajaran Islam hingga yaumul akhir kelak.Amiin.Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Historiografi Islam.
Dalam penyusunan makalah ini, membutuhkan waktu dan berbagai hambatan yang dilalui penulis mulai dari pengumpulan data terkait literatur yang menjadi rujukan dalam menyusun makalah ini. Alhamdulillah, dengan usaha dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah Akhir kata semoga makalah kami ini bermanfaat bagi para pembaca dan semoga makalah ini memberikan tambahan ilmu dan manfaat.Terima kasih.Wassalam.
Rommang Polong, 20 Oktober 2021
(Amirullah UIN Alauddin M)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulisan sejarah atau historiografi di dunia muslim berawal dari keinginan untuk mengenang Nabi Muhammad Saw. Beliau merupakan manusia paling sempurna di benak kaum muslim. Ucapan dan perilakunya sesuai dengan isi kitab suci al-Qur’an. Ditambah lagi dengan penegasan al-Qur’an; “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” dan juga “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Pada periode klasik karya-karya sejarah Islam diwarnai dengan kajian seputar perang-perang Nabi yang dikenal dengan Maghazi.
Karya ini membahas kisah tentang peperangan dan penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Pada awalnya, penulisan Maghazi dilakukan semata-mata hanya untuk kepentingan dan legitimasi para khalifah dalam menerapkan berbagai kebijakan futuhiyyah (penaklukan wilayah). Namun selanjutnya berkembang menjadi penulisan sejarah hidup Nabi Muhammad Saw yang bukan hanya membahas peperangan-peperangannya saja, tetapi juga riwayat hidup beliau secara lebih komprehensif: dari kelahiran hingga wafatnya, atau yang akrab disebut dengan sirah. Secara semantik sirah berarti perjalanan. Dalam terminologi historiografi, sirah berarti perjalanan hidup atau biografi seorang tokoh.
Apabila disebut Sirah Nabawiyah atau Sirah saja, maka yang dimaksud adalah perjalanan hidup atau biografi Nabi Muhammad Saw. Demikian pentingnya pengetahuan tentang sejarah perjalanan hidup Nabi, sehingga sirah dipandang sebagai ilmu yang sangat penting dalam keilmuan Islam, dan menjadi titik awal perkembangan penulisan biografi dalam historiografi Islam. Para sejarawan yang menjadi pionir dalam penulisan Sirah Nabawiyah adalah Urwah bin Zubair (94 H/712 M), Aban bin Utsman (105 H) Syurahbil bin Sa’ad (123 H), Wahab bin Munabbih (110 H) dan Ibnu Syihab az-Zuhri (124 H/ 742 M).8 Naskah tulisan mereka semua sudah punah ditelan zaman, yang tersisa hanya kutipan-kutipan yang dapat kita temukan dalam tulisan Sirah generasi-generasi selanjutnya. Generasi tertua yang dapat ditemui teksnya dimulai dari Muhammad bin Ishak (152 H), kemudian al-Waqidi (203 H), Muhammad bin Sa’ad (130 H), dan Ibn Hisyam (218 H) yang menulis Sirahnya sendiri dengan banya memanfaatkan Sirah karya Muhammad bin Ishaq.
Di masa modern seperti sekarang, biografi Nabi Muhammad ditulis bukan hanya oleh orang Arab, tetapi juga orang Eropa. Orang Islam juga tidak hanya terbatas di Asia dan Afrika seperti dulu, tetapi menyebar hingga pusat-pusat peradaban Barat, seperti Amerika dan Jerman. Malah pengaruh sejarawan Eropa juga terasa di dunia muslim, entah di pihak yang mendukung Orientalisme maupun tidak. Dari abad ke-19, salah satu contoh karya orang Barat yang ikut menyoroti pribadi Nabi Muhammad ialah On Heroes, Hero-Worship and the Heroic in History, karya Thomas Carlyle dan The Life of Mahomet karya Sir William Muir. Sedangkan dari abad ke-20 hingga sekarang, sudah sangat banyak sarjana Barat yang menghasilkan studi tentang Nabi, seperti Maxime Rodinson, Tilman Nagel,12 Karen Armstrong, dan Chase F. Robinson. Nama-nama tersebut berasal dari latar yang beragam, tetapi punya satu kesamaan: semuanya bukan penganut Islam tetapi mempelajari kehidupan nabinya dalam penulisan makalah ini akan membahas sejarawan yang bernama Wahab bin Muhabbin dan Urwah bin Zubair pada abad pertama hijriayah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sosok Wahab bin Munabbih?
2. Bagaimana Sosok Urwah bin Zubair?
C. Tujuan Penulisan
1.Untuk Mengetahui Sosok Wahab bin Munabbih
2.Untuk Mengetahui Sosok Urwah bin Zubair
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wahab Bin Munabbih
1. Biografi Singkat Wahb bin Munabbih
Nama lengkapnya adalah Wahab bin Munabbih al-Abnawi al-San’ani al-Dzimari. Lahir pada tahun 34 H di Sana’a, Yaman. Ia adalah salah satu orang Arab Selatan, tepatnya Persia (Iran saat ini) yang dikenal sebagai orang yang tahu banyak mengenai kitab-kitab terdahulu, Taurat dan Injil, sejarah para Nabi dan Raja-raja. Hal ini dikarenakan ia adalah mantan pemuka Agama Yahudi. Ia termasuk dari kalangan tabi’in. Namun, walau bagaimanapun ia banyak mendapat kritikan dari para penggiat Ilmu Tafsir dan Hadis setelahnya, salah satunya Rasyid Ridho, ulama kontemporer dari Mesir.
Rasyid menilai Wahb bin Munabbih tidak jarang meriwayatkan Hadis tanpa sanad yang jelas. Ia belajar pada sepuluh orang sahabat Nabi Saw seperti Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, Jabir dan Nu’man. Namun ia lebih banyak belajar pada Ibnu Abbas, yakni selama 13 tahun. Karangan-karangannya antara lain; Kisah Para Nabi, Sejarah Raja-raja, Kisah Orang-Orang Pilihan dan Kitab Al-Qodar. Karya lainnya yaitu al-Mubtada, yang menurut Dr. Abdul Aziz al-Duri pembahasannya fokus pada kisah isrâ’ȋliyyât. Ia wafat pada tahun 110. Ada yang mengatakan 113 atau 114 dan 116. Orang tuanya, Munabbih masuk Agama Islam pada masa Rasul Saw. dan ia menjadi pemeluk Islam yang taat dan wafat tahun 110 H.3
2. Karya Wahab Bin Munabbih
Kitab yang berjudul Al-Muluk al-Mutawajihat min Himyary wa Akhbarihim wa Qishashim wa Quburihi wa Asy’arihim adalah karya Wahab bin Munabbih. Ibn Hisyam menyebut buku ini dalam bukunya Kitab al-Tijan fi Muluk Himyary. Bukunya yang lain Kitab al-Mubtadi yang menceritakan awal penciptaan alam. Sejarawan ini pula yang memulai usaha penulisan mengenai sejarah para Rasul dan para raja-raja yang menjadi sumber tulisan Ibn Qutaibah dalamAl-Ma’rif, dan al- Thabary dalam Tarikh al-Rasul wa al-Muluk, dan al-Maqdisiy dalam kitab al-Bad’I wa al-Tarikh, dan Ahmad bin Muhammad al-Tsa’Labiy, dalam kitab al-Ara’is al-Majalis fi Qishash al-Anbiya. Selain menjadikannya sebagai sumber penulisan buku sejarahnya, al-Thabariy juga menjadikan sebagai sumber penulisan dalam bukunya Tafsir al-Tabary.
Selain bermuatan tentang sejarah pra Islam Wahab juga merintis tema-tema sejarah Islam. Ia menulis sejarah dengan tema magaziy (peperangan). Bagian-bagian tertentu dari tulisannya ini masi dapat dijumpai sekarang dikota Hederlej, Jerman. Sebagai sumber sejarah dari tulisan magaziynya itu, sejarawan generasi berikutnya memperoleh informasi mengenai peristiwa Bai’ah al-Aqabah (Perjanjian Aqabah). Rasulullah, peristiwa pertemuan Suku Quraisy di Dar al-nadwahh, peristiwa sejarah ini, Wahab tidak menggunakan sanad dalam mengangkat sirah atau biografi Nabi. Untuk diketahui bahwa tulisannya yang terakhir tersebut tidak diakui sebagai sumber rujukan historiografi-historiografi ternama yang datang sesudahnya.
3. Analisis Karya Wahab Bin Munabbih
Wahab bin Munabbih meriwayatkan beberapa kisah dari Abu Hurairah, Abu Sa’ad, Ibnu Abbas, Ibnu Umar Bin al-Ash, Jabir, Anas, Umar bin Syuaib, Abu al-Khalifah al-Bisri dan dari saudara tuanya, Hammam bin Munabbih. Sedangkan pengetahuannya tentang sejarah masa lalu ia dapatkan sumbernya dari Kitab Taurat. Secara umum para ulama antara lain; al-‘Ajili, Abu Zar’ah, Ibnu Hibban menilainya sebagai seorang yang bisa dipercaya (tsiqot), namun Umar bin Ali menilainya sebagai orang yang doif (lemah hapalannya). Sementara Ibnu Hajar dalam kitab Ruwwat al-Tahdziyyin menyebutkan Wahb bin Munabbih sebagai rawi yang tsiqot (dapat dipercaya). sementara al-Dzahabi menilainya shoduq (orang yang selalu berkata jujur. Banyaknya Riwayat yang bersumber dari Wahb bin Munabbih, semua riwayat tersebut menjelaskan tentang kejadian-kejadian masa pra Rasul Saw., dan tidak ada satupun riwayat yang berkaitan dengan masa pasca Rasul.
Riwayat tersebut berjumlah lebih kurang 44, sementara qoul atau pendapat yang al-Tabari kutip darinya berjumlah 7 qoul/pendapat. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena Wahb bin Munabbih sendiri lahir pada tahun 34 H dan wafat 114 H menurut salah satu pendapat, di mana ia juga merupakan generasi tabi’in yang kurang memperoleh informasi mengenai peristiwa pada awal perkembangan Agama Islam.
B. Urwah Bin Zubair
1. Biografih Urwah Bin Zubair
Beliau adalah Abu Abdillah al-Madani al-Faqih Urwah bin Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushoy al-Qurosyi al-Asadi, salah satu tokoh fuqoha assab'ah (tujuh tokoh fiqih terkemuka kota Madinah). Beliau lahir sekitar tahun ke-23 H. Ayah beliau, Zubair bin Awwam adalah salah satu sahabat dekat dan pilihan kali pertama yang orang merupakan Zubair. Rosululluh saw menghunuskan pedangnya untuk Islam dan beliau adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira dengan surga (asyroh al-mubasyarina bil Jannah). Sementara itu, ibu beliau adalah Asma' binti Abi Bakr, seorang shohabiyah terkemuka yang telah populer menyandang gelar dzatu nithoqoin (pemilik dua ikat pinggang) atas usaha dan upayanya membantu dua orang yang sangat ia cintai yaitu ayahanda (Abu Bakr ash-Shiddiq ketika) Rosululluh (ayahnya dekat sahabat dan) melakukan perjalanan bersejarah (berhijrah), melaksanakan perintah Robbnya.
Bibi Urwah bin Zubair adalah Ummul Mukminin Aisyah, kekasih tercinta dari orang yang paling ia cintai melebihi cintanya kepada keluarganya bahkan kepada dirinya sendiri. Tatkala sang bibi tersebut harus meninggalkannya maka beliau sendirilah yang turun ke kuburnya dan meratakan liang lahat dengan kedua tangannya. Maka apakah ada orang setelahnya yang memiliki kemuliaan di atas kemuliaannya, sebuah kemuliaan yang akan tampak darinya sinar terang keimanan dan akan menjadi figur teladan bagi orang-orang setelahnya. Beliau adalah imam kaum muslimin dalam ilmu, amal, kesabaran, dan keyakinan. Beliau banyak menimba ilmu dari sang bibi, Ummul Mukminin Aisyah. Beliau selalu berpuasa berturut-turut, selalu qiyamul lail dengan ¼ al-Qur'an setiap malamnya. Suatu hari seusai sholat Asar di sisi Ka'bah yang diberkahi ia pernah memiliki suatu keinginan yang berbeda dengan keinginan saudara-saudaranya. Ia ingin untuk menjadi seorang yang alim dan dapat mengamalkan serta mengajarkan ilmunya kepada manusia, sehingga dengannya ia akan meraih keridhoan Allah dan kemenangan di hari akhirat. Dan sungguh apa yang menjadi keinginannya itu Allah kabulkan.
Dengan semangat dalam tholabul ilmi (menuntut ilmu agama) yang tidak mengenal lelah, ia menemui sisasisa para sahabat Rosulullah saw yang masih hidup, ia ketuk setiap pintu rumahnya, ia sabar menanti dan sholat bersamanya, serta beliau selalu aktif dalam setiap halaqoh (majelis) ilmu mereka, sehingga usahanya membuahkan hasil yang dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginannya sehingga beliau menjadi salah satu dati tujuh tokoh fiqih di kota Madinah (fuqoha as-sab'ah) yang semua manusia datang menimba ilmu dan meminta fatwa kepadanya. Berkata Abu Nu'aim. Di antara mereka ada orangorang yang telah dikabulkan keinginannya, berupaya mengemban amanat ilmunya, bersemangat menjalankan ketaatan untuk mencari pahala-Nya, melewati segala musibah dan ujian dengan selalu berharap keridhoan-Nya, dialah Urwah bin Zubair bin Awwam, seorang mujtahid yang banyak berpuasa.
2. Karya Urwah Bin Zubair
Urwah Bin Zubair termasuk perawi hadis. Ia menerima hadis dari bapaknya sendiri yaitu Zubair dan dari ibunya yatu Asma dan dari tantenya yaitu Aisyah. Hadis yang diterimahnya dari ketiga orang tersebut oleh pujangga hadis dipandangnya sebagai hadis yang siqah (dipercayah). Selain itu, ia juga banyak menerima hadis dari Abu Hurairah, Abdullah bin Amer, dan Ibn Abbas. Data-data sejarah yang diterimahnya itu diteruskannya ke Ibn Hisyam bin Urwah, dan Ibn Syihab al-Zuhry. Al-Thabary menjadikan riwayat-riwayatnya mengenai sirah atau biografi Nabi Muhammad sebagai sumber rujukannya dalam bukunya Tariky al-Umum wa al-Thabariy mengambil hadis-hadis yang terkait dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah, hijrahnya para sahabat dari Mekkah ke Habsyi, dan peristiwa perang badar. Usianya melampui masa kepemimpinan empat Khulafah Rasyidun, Abu Bakkar, Umar bin Khattab, Usman bin Affsn, dan Ali bin Abi Thalib. Ahmad Amin Menyebutkan bahwa Urawah tidak menyukai keluarga Bani Umaiyah, sebaliknya ia akrab dengan Ali bin Hasan Ali bin Abi Thalib. Ia bersama keluarga Ali mengeritik penguasa Bani Umaiyah. Ia pernah tinggal di Mesir selama tujuh tahun. ia dipandang salah seorang dari tujuh ahli fikih (fuqaba) popular, tempat bertanya orang-orang Madinah.
3. Analisis Karya Urwah Bin Zubair
Sabagaimana yang dijelaskan diatas tentang banyaknya Riwayat yang diperoleh Urwah bin Zubair dari bapaknya sendiri yaitu Zubair dan dari ibunya yaitu Asma dan dari tantenya yaitu Aisyah. Hadis yang diterimahnya dari ketiga orang tersebut oleh pujangga hadis dipandangnya sebagai hadis yang siqah (dipercayah). Al-Thabary juga menjadikan riwayat-riwayatnya mengenai sirah atau biografi Nabi Muhammad sebagai sumber rujukannya dalam bukunya Tariky al-Umum wa al-Thabariy mengambil hadis-hadis yang terkait dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah, hijrahnya para sahabat dari Mekkah ke Habsyi, dan peristiwa perang badar. Berkata Muhammad bin Sa'a bahwa Beliau adalah seorang yang tsiqoh (terpercaya) banyak meriwayatkan hadits, faqih, alim lagi terpercaya. Berkata al-Imam az-Zuhri, Saya memandang Urwah adalah seperti lautan yang tidak nterkeruhkan karena gayunggayung (yang mengambil airnya). Berkata Sufyan bin Uyainah, Orang yang paling memahami haditsnya Aisyah adalah tiga orang yaitu alQosim bin Muhammad, Urwah bin Zubair, dan Amroh binti Abdurrahman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wahab bin Munabbih meriwayatkan beberapa kisah dari Abu Hurairah, Abu Sa’ad, Ibnu Abbas, Ibnu Umar Bin al-Ash, Jabir, Anas, Umar bin Syuaib, Abu al-Khalifah al-Bisri dan dari saudara tuanya, Hammam bin Munabbih. Sedangkan pengetahuannya tentang sejarah masa lalu ia dapatkan sumbernya dari Kitab Taurat. Secara umum para ulama antara lain; al-‘Ajili, Abu Zar’ah, Ibnu Hibban-menilainya sebagai seorang yang bisa dipercaya (tsiqot), namun Umar bin Ali menilainya sebagai orang yang doif (lemah hapalannya). Sementara Ibnu Hajar dalam kitab Ruwwat al-Tahdziyyin menyebutkan Wahb bin Munabbih sebagai rawi yang tsiqot (dapat dipercaya). Berkata Muhammad bin Sa'a bahwa Beliau adalah seorang yang tsiqoh (terpercaya) banyak meriwayatkan hadits, faqih, alim lagi terpercaya. Berkata al- Imam az-Zuhri, Saya memandang Urwah adalah seperti lautan yang tidak terkeruhkan karena gayunggayung (yang mengambil airnya). Berkata Sufyan bin Uyainah, Orang yang paling memahami haditsnya Aisyah adalah tiga orang yaitu alQosim bin Muhammad, Urwah bin Zubair, dan Amroh binti Abdurrahman
DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Abd Rahman, 2011 “Kajian Historiografi Islam (Dalam Sejarah Periode Klasik)” Makassar: Alauddin University Press.
Dr. H. Tolchah, Moch, M. Ag, 2021 “Riwayat Israiliyat” Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.
hhttps://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314113140031.docx
Ustaz Abu Faiz Sholahuddin bin Mudassin, Urwah bin Zubair Salah Satu Tokoh Ulama Madinah, Jurnal Al-Furqon 9, no 112 (2016): h. 2-10
http://ppmimadinah.org/2018/04/urwah-bin-zubair
%D8%B1%D8%AD%D9%85%D9%87-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-salah-satu-tokoh-ulama-madinah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar